Selasa, 08 November 2011

Separuh Jiwa Bintang #4

Keesokan harinya, saat di sekolah, aku bertemu lagi dengan Kak Risky. Entah kenapa setiap aku bertemu dengannya hatiku berdetak cepat. “ Apa aku suka sama dia? Tapi aku kan baru mengenalnya dan aku gag mungkin sayang sama cowok lain. Hati aku hanya untuk Risky .” kata ku dalam hati.
“ Hai Ren.” sapa Kak Risky sambil melambaikan tangannya padaku
“ Hai juga kak.” Hatiku semakin berdetak cepat.
“ Baru datang ya?”
“Iya kak.”jawabku.
Sejak saat itu, kami menjadi akrab. Kami sering jalan-jalan bersama. Tapi aku belum pernah ke rumahnya dan begitu juga sebaliknya, dia belum pernah ke rumahku.  Dan pada saat kita dinner bareng, dia menyatakan perasaannya padaku.
“ Ren, sebenarnya aku sayang sama kamu. Aku cinta sama kamu. Kamu mau gag jadi pacarku? tanya Kak Risky sambil memegang kedua tanganku.
 Aku bingung mau menjawab apa. Aku ingin sekali menjadi pacarnya, tapi aku juga gag bisa membohongi diri aku sendiri kalau aku masih sayang sama Risky, orang yang sampai detik ini aku tunggu.
                “ Aku…… aku belum bisa kasih jawabanya sekarang kak. Aku butuh waktu.” jawabku seraya menunduk.
                “ Ok. Aku bakalan nungguin kamu terus, sampai kamu bisa membalas cintaku ini.”
                Aku hanya bisa tersenyum padanya. Tak lama kemudian, kamipun segera pulang.
                “ Aku anterin kamu ya. Gag baik cewek malem-malem naik taxi sendirian. ” pinta Kak Risky
                “ Tapi…..”
                “ Please, jangan nolak permintaan aku ini.” pinta Kak Risky lagi.
                “ Ya udah deh kak.” jawabku. Kamipun segera menaikki sedan BMW merah milik Kak Risky.
                Sesampainya di depan rumahku…
                “ Ini rumah kamu Ren?” tanya Kak Risky sedikit heran.
                “  Iya kak, emang kenapa?” jawabku penasaran
                “  Apa kamu baru menempati rumah ini?” tanyanya lagi
                “ Enggak kok kak. Sejak kecil rumah aku sudah di sini.”
                “ Apa kamu kenal dengan kalung ini?” tanya Kak Risky sambil menunjukkan sebuah kalung berliontinkan setengah hati.
                “ Kakak…. Kakak dapat kalung itu dari mana?” aku pun segera memperlihatkan kalung yang sama kepadanya.
                “ Kamu Bintang? Bintang sahabat  kecilku dulu?”
                “ Kamu…… Risky yang dulu sering bermain denganku?”tanyaku tak percaya.
                “ Iya Bintang. Aku Risky, Risky sahabat kecilmu dulu.’’ jawabnya dengan mata berkaca-kaca dan segera memelukku. Aku hanya bisa terdiam dalam pelukannya. Tapi, aku segera melepaskan pelukannya.
                “  Kamu ke mana aja? Kenapa kamu gag segera nemuin aku? Aku udah nungguin kamu. Aku kangen banget sama kamu Ky.”  Air mataku tak bisa terbelenggu lagi.
                “ Maafin aku Bintang. Aku gag tau kalau kamu Bintang aku. Selama ini aku mengenalmu sebagai Renia.”
                “ Nama aku Renia Putriana Bintang. Sejak malam itu, aku sengaja gag pakek nama Bintang karena aku hanya ingin dipanggil Bintang sama kamu.”
                “ Maafin aku Bintang.”
                “ Kamu jahat Ky. Kamu ninggalin aku. Kenapa selama ini kamu gag nyariin aku?”
                “ Aku………”
                “ Udah aku gag mau denger  apa-apa dari mulut kamu. Aku kecewa sama kamu. Aku benci kamu.” Aku pun segera keluar dari mobil.
                “ Bintang tunggu aku. Bintang…………….”
************

Sejak kejadian malam itu, aku dan Kak Risky tak seakrab dulu. Aku selalu menghindar dari dia. Aku masih tak percaya dengan semua ini. Kak Risky ternyata adalah orang yang selama ini aku tunggu. Aku bingung. Apakah aku harus senang karena aku bisa bertemu lagi dengan Risky? Ataukah aku harus sedih karena ternyata dia gag pernah nyariin aku?
                “ Bintang…” sapa Risky
                Aku segera pergi dari hadapan dia. Aku belum bisa menerima semua ini.
                “ Bintang tunggu aku. Aku bisa jelasin semua ini. Bintang …….. “ Risky berusaha untuk berbicara denganku.
                “ Udah gag ada yang perlu dijelasin. Aku aja yang terlalu bodoh nungguin orang yang jelas-jelas gag peduli sama aku.”
                “ Bintang, aku sayang banget sama kamu. Aku gag bisa jauh dari kamu.” Air mata Risky menetes membasahi pipinya.
                “ Kamu bohong. Kamu gag sayang sama aku. Kamu gag pernah nyariin aku. Kamu jahat, Aku benci sama Kamu.” Aku segera berlari. Hatiku sakit. Hatiku hancur.
**************


Setiap kali Risky telepon, aku selalu me-reject nya. Setiap kali ia sms, aku juga gag pernah membalasnya. Dan pada suatu hari, aku mendengar bahwa ia kritis di rumah sakit. Aku bingung. Apakah aku harus menjenguk dia? Aku masih marah padanya.  Tapi aku juga gag bisa melihat dia sakit. Aku hanya ingin melihat dia tersenyum. Cintaku terlalu besar untukknya. Akhirnya cinta aku mampu menghapus rasa benciku padanya,  dan aku memutuskan untuk menjenguknya besok.
                Saat aku tiba di Rumah Sakit, aku melihat Om Rendy dan Tante Siska menangis.
                “ Tante, om, gimana keadaan Risky?” tanyaku
                “ Risky……… “ tante Siska menangis lebih kencang
                “ Ada apa tante, Risky kenapa? Risky gag pa-pa kan tante?” aku semakin bingung dengan sikap tante Siska.
                “ Risky udah gag ada Bint.” Jawab Om Rendy sambil memeluk tante Siska yang sedari tadi menangis.
                “ Enggak,,, gag mungkin. Om pasti bohong. Risky pasti baik-baik aja. Risky gag mungkin ninggalin aku sendiri lagi. Dia berjanji gag akan pernah ninggalin aku.” kataku tak percaya. Aku segera masuk ke ruangan Risky. Air mataku tak bisa tertahankan, ketika melihat tubuh Risky yang terbujur kaku.
                “ Risky… Kamu pasti lagi ngerjain aku kan? Kamu baik-baik aja kan? Kamu gag mungkin ninggalin aku? Kata kamu, kamu akan selalu jagain aku? Tapi kenapa kamu malah ninggalin aku Ky? Aku sayang sama kamu. Maafin aku Ky, aku terlalu egois sama kamu. Aku gag bisa jauh dari kamu Ky.” air mataku semakin deras.    Kupeluk erat-erat tubuhnya.
“ Riskyy………………” teriakku tak tertahankan lagi.

***************

Keesokan harinya, di pemakaman Risky, aku hanya bisa menyesali keegoisan ku. Aku sama sekali gag bisa percaya kalo’ Risky benar-benar sudah ninggalin aku tuk selamanya. Tetes demi  tetes air mataku jatuh di pusaran makam Risky.
                “ Bintang..” ucap tante Siska sambil memegang pundaku.
                “ Iya tante.”
                “ Sebelum Risky pergi, Risky menitipkan ini ke tante. Dia berpesan untuk memberikannya padamu.” kata tante Siska sambil mengulurkan sebuah kotak hitam padaku. Aku menerima kotak itu.
                “ Tante pergi dulu ya Bintang.” tante Siska pun pergi. Sekarang hanya ada aku di pemakaman Risky. Ku buka perlahan kotak itu. Di dalam kotak itu terdapat secarik surat dan kalung berliontinkan setengah hati yang sama persis dengan punyaku. Ku buka surat itu dan ku baca perlahan.
                Dear Bintang…
               
Bintang, maafin aku. Aku udah bikin kamu menangis. Aku udah bikin kamu nungguin aku terus. Sebenarnya, aku ke Australia bukan semata-mata karena papa ditugasin di sana, tapi di sana aku juga berobat. Aku sakit tumor otak Bint. Maafin aku, aku gak jujur sama kamu, aku bohongin kamu, aku cuma gak mau bikin kamu sedih. Dan untuk pertanyaan kamu, kenapa aku gak nyariin kamu, bukan karena aku udah ngelupain kamu, bukan karena aku gak sayang sama kamu, tapi karena aku gak mau kamu tau kalau aku terserang penyakit ini.  Aku gak mau semakin nyakitin kamu. Aku sayang banget sama kamu Bintang. Walau ragaku udah gag ada di sampingmu, tapi cintaku selalu ada di hati kamu. Aku harap kamu bisa maafin aku. Aku harap kamu gak akan pernah ngelupain aku. Janganlah menangisi kepergianku ini Bint, aku gak mau melihat kamu menangis, aku hanya ingin melihatmu tersenyum.  Makasih buat kasih sayang kamu yang begitu besar buat aku selama ini. Makasih buat waktu kamu yang terbuang percuma tuk nungguin aku.  Kalung ini, aku serahkan ke kamu. Sekarang kalung ini sudah bisa bersatu, walau aku gag ada lagi. Simpan baik-baik kalung itu ya Bintang.  AKU SAYANG KAMU BINTANG KU…..
                Y Your Love  Y
                        RISKY  
                “ Aku akan menyimpan baik-baik kalung ini Ky. Aku juga sayang kamu. Nama kamu akan selalu tersimpan dalam hatiku, selamanya.” janjiku dalam hati.

***** THE END*****

Separuh Jiwa Bintang #3

Pelajaran Matematika telah usai. Aku dan Rinda pergi ke kantin bersama. Saat aku melewati jalan di dekat lapangan basket, tiba-tiba ada sesuatu yang menimpa kepalaku. Dan aku tak sadarkan diri.
Saat aku terbangun, di sampingku sudah ada Rinda dengan wajah cemasnya.
“ Akhirnya kamu sadar juga Ren.” kata Rinda sambil mengusap dadanya. Aku hanya tersenyum kepadanya.
“Kamu gag pa-pa kan? Maafin aku, aku gag tau kalau kamu lagi jalan di situ.” tiba-tiba ada suara seorang cowok. Ternyata itu adalah cowok yang bertabrakan denganku di koridor.
“ Iya kak, gag pa-pa kok. Aku yang tadi gag berhati-hati.” jawabku.
“ Aku udah dua kali bikin kamu sakit.” ucapnya dengan wajah bersalah.
“ Gag pa-pa kok kak.”
“ Oh ya, aku Risky.” ucapnya sambil mengulurkan tangannya padaku.
“ Aku udah tau kok kak.. hehehe.“
                “ Lho?” jawab Risky sambil mengangkat kedua alisnya. Aku hanya tersenyum padanya
                “ Hmm.. Nama kamu siapa?”
                “ Aku……. Aku Renia.” jawabku seraya menjabat tangannya.
“ Senang berkenalan denganmu Renia.” ucap Risky sambil tersenyum  padaku.
                                                                       ***********
Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke kamar. Ku buka tirai kamar. Di luar sedang hujan deras. Udara sejuk dan bau tanah yang khas membuat aku senang dengan hujan. Da aku pun teringat kejadian di sekolah tadi.
“ Apakah dia Risky yang selama ini aku tunggu? Tapi kalo’ emang dia Risky yang aku tunggu, kenapa dia gag pernah nemuin aku?  Kenapa namanya harus Risky sih? Tanyaku dalam hati sambil memegang erat kalung pemberiannya dulu.
Titik demi titik air mataku mengalir. Aku gag bisa membohongi diriku sendiri. Aku gag bisa menahan rasa rindu ini.
 “ Aku kangen banget sama kamu Ky. Aku gag bisa ngelupain kamu. Aku selalu nungguin kamu di sini.  Kenapa kamu mengingkari janjimu? Apakah kamu udah lupain aku dan kamu akan pergi selama-lamanya ?”
Tok..tok..tok.. Suara ketukan pintu dari luar membangunkanku dari lamunan. Aku segera mengusap ar mataku dan membuka pintu.
“  Ada apa bi?” ternyata bi Inem yang mengetuk pintuku.
“ Ditunggu bapak sama Ibu di meja makan non.”
“ Iya bi, bentar lagi aku turun.” Aku pun segera menuju meja makan.
************
Sesudah makan aku kembali ke kamar. Ku ambil Pinky, sebutan untuk buku diary ku, dan sebuah pulpen. Ku mulai mencurahkan isi hatiku.
DEAR DIARY…
DIARY, aku kangen banget sama Risky. Aku udah nungguin dia, lama, tapi kenapa dia gag balik-balik juga? Kenapa dia gag nepatin janjinya padaku? Apa dia udah ngelupain aku? Hati aku sakit banget. Air mata ini serasa sudah kering. Tadi aku bertabrakan dengan seorang cowok, namanya Risky. Aku bingung. Apakah dia Risky yang selama ini ku tunggu? Tapi jika dia itu Risky kenapa dia gag pernah nemuin aku? Kenapa dia gag pernah kasih kabar ke aku? Aku kangen kamu Risky. Aku sayang benget sama kamu.

Separuh Jiwa Bintang #2Keesokan harinya aku dan keluargaku mengantarkan Risky dan keluarganya ke Airport. Air mataku tak bisa tertahankan lagi. “ Sudahlah Bint, jangan menangis. Ky pasti balik lagi kok.” Kata Risky sambil mengusap air mataku. “ Tapi….. “ “ Sudah, jangan menangis ya. Ky pergi dulu .“ Aku hanya terdiam dan memandang Ky yang lama-kelamaan hilang. Ky telah pergi ninggalin aku. Aku masih tak percaya dengan semua ini. “ Aku akan menunggumu Ky, sampai kapanpun.” kataku dalam hati. Kami pun segera pulang. ********************************************************************************************** 6 TAHUN KEMUDIAN Malam ini aku hanya merenung. Di tempat yang sama, aku memandang ribuan bintang yang masih sama seperti 6 tahun yang lalu. Tetapi tidak pada hatiku. Malam ini tidak ada Risky di sampingku. Sejak 6 tahun silam, aku dan risky sudah tidak berkomunikasi lagi. Aku tak tahu kabar apapun tentangnya. “ Sekarang sudah 6 tahun kamu pergi. Sekarang waktunya kamu menepati janjimu Ky. Bint masih nungguin kamu.” kataku dalam hati seraya memegang kalung pemberiannya. Tapi, hari demi hari, waktu demi waktu terus berganti. Risky tak kunjung datang. Aku sedih. Aku kecewa dengan Risky. Risky tak menepati janjinya padaku. Aku berfikir, mungkin ia sudah lupa denganku. Tapi dalam hatiku, aku akan tetap menunggu dia sampai kapanpun. Setahun kemudian, aku berumur 16 tahun. Saat itu aku duduk di bangku 1 SMA. Teman baru, guru baru, dan suasana yang baru mampu menghilangkan ingatan sejenak tentang Risky. Walau akhirnya semakin membuat aku teringat kepadanya. Dan mungkin juga ini adalah hari terakhir aku dipanggil Bintang. Semester pertama berjalan dengan cepat dan tak terasa liburanku pun juga telah usai, aku harus kembali lagi ke sekolah. Saat aku memasuki kelas, anak-anak perempuan heboh membicaraan murid baru kelas 12. Pantas saja murid baru itu adalah seorang laki-laki yang sangat tampan. Aku penasarn seperti apa sih tampannya murid baru itu sampai-sampai menghebohkan seisi sekolah. Keesokan harinya aku bangun kesiangan. Setelah perlengkapan sekolah siap, aku langsung berangkat ke sekolah. Hampir saja pagar di tutup. Kemudian aku berlari menyusuri koridor. Saat sampai dibelokan, tak sengaja aku menabrak seseorang. Aku terjatuh. Seseorang itu lalu mengulurkan tangannya padaku. Aku pun menjabat tangannya. “ Kamu gag pa-pa kan?” tanyanya padaku “ Gag pa-pa kok kak. Cuma sedikit sakit.” jawabku sambil melemparkan senyuman padanya. “ Maaf ya aku gag sengaja.” katanya “ Iya kak. Makasih udah nolongin. Tapi aku buru-buru. Daa…..” jawabku dengan tergesa-gesa. Sesampainya di kelas, anak-anak masih ramai sendiri. “ Pak Radi kok belum datang?” tanyaku pada Rinda. Rinda adalah sahabat terbaikku. Hmm… mungkin bisa disebut sahabat terbaik setelah Risky. “Pak Radi gag masuk, katanya sih sakit. Kamu kenapa, kok kayak dikejar-kejar setan gitu? tanyanya sambil melihatku aneh. “ Aku kira tadi Pak Radi udah datang, eh ternyata malah gag masuk.” “ Aduh, parah kamu tu Ren, hehehe.” “ Hmm… Tau gag, tadi di koridor aku tabrakan sama cowok keren banget.” kata ku tuk mengawali cerita . “ Kayaknya sih dia murid baru itu, soalnya aku belum pernah melihatnya.” “ Ha?? Kamu tabrakan sama kakak kelas baru yang super double keren tu?? tanya Rinda memotong ceritaku. “ Iya, trus dia tadi nolongin aku, tapi sayangnya au belum sempat menanyakan namanya.” “ Kalo’ gag salah sih namanya Risky.” Jawabnya “ Apa? Namanya Risky?” tanyaku tidak percaya “ Ia, emang kenapa kalo’ namanya Risky?” “ Eng..enggak kok, gag pa-pa..” jawabku dengan nada terbata-bata. Teng……teng…..teng… bel pergantian pelajaran pun berbunyi. Tak terasa waktu cepat sekali berputar. Bu Linda, guru Matematika ku pun memasuki kelas. Aku mengakhiri ceritaku pada Rinda, dan aku pun mulai memperhatikan Bu Linda yang sedang mengajar.

Separuh Jiwa Bintang #1


Di halaman rumah ku, aku dan Risky berbaring, memandang ribuan bintang yang seakan berlomba memamerkan sinarnya masing-masing. Risky adalah sahabat terbaikku. Rumah kita berdekatan dan keluarga kami pun juga sudah akrab sekali. Malam ini begitu indah, begitu menakjubkan.
                “ Ky, tumben kamu main ke rumah aku malam-malam? Ada yang penting ya?” tanyaku pada Risky.
                Namun Risky hanya memandangku dan tak lama kemudian ia menunduk. Aku bingung dengan sikapnya. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Perlahan ku pegang tangannya, lama. Tapi ia tetap saja diam. Tiba-tiba air matanya mengalir membasahi pipinya. Kupererat genggamanku. Kemudian  ia tatap dalam-dalam kedua mataku. Aku semakin bingung dengan sikapnya. Perlahan ia bicara.
                “ Bint, ky minta maaf, ky gag bisa penuhi  janji Ky ke Bintang. Ky gag bisa jagain Bintang lagi.” paparnya seraya meneteskan butir-butir air mata.
                “ Maksut Ky apa?” tanyaku pada Risky
                “ Ky harus pergi . Papa ditugasin kerja di Australia dan mama juga harus mendampinginya.” lanjutnya.
                “Kamu pasti bohong kan Ky? Kamu gag mungkin ninggalin Bint sendiri?” tanyaku pada Risky
                “ Maafin Ky, Ky benar-benar harus pergi.”
                “Tapi kan Ky bisa tinggal di rumah Bintang. Mama sama Papa pasti gak keberatan kok.”
                “ Itu gak mungkin bint. Aku gak bisa tinggal di rumah kamu.”
                Aku bingung. Aku terdiam, dan tak terasa titik demi titik air mataku jatuh. Hatiku sakit, seakan ingin memberontak.  Aku masih tidak percaya ia akan meninggalkanku. Risky membelai rambutku dengan lembut. Lalu ia menghapus air mataku dengan tangannya.
                “  Ky akan kembali lagi kok bint. Tunggu 6 tahun lagi, saat umur Bintang  15 tahun.  Bintang bisa nunggu kan? tanyanya
                “Tapi itu kan lama sekali. Aku gak bisa jauh dari kamu.”
                “Kalau Bintang mau bersabar dan sayang sama Ky pasti Bintang bisa kok dan pasti terasa cepat.
                Aku hanya bisa mengangguk lemas walaupun sebenarnya ini sangat terasa sulit.
                Risky lalu mengambil sesuatu dari kantongnya.
                “Ini buat bintang, jangan pernah lupain Ky ya?” kata Risky sambil memakaikan sebuah kalung yang  berliontikan bentuk setengah hati di leherku.
                Aku masih terdiam.
                “ Aku juga memakai kalung yang sama kok. Suatu saat kedua potongan hati ini akan menjadi satu.” kata Risky sambil memperlihatkan kalungnya padaku. Lalu ia menggenggam tanganku erat.
                “ Apa kamu  benar-benar akan kembali?” tanyaku.
                “ Pasti Bint. Asal Bintang mau nungguin Ky.” jawabnya.

Kamis, 27 Oktober 2011

KEDISIPLINAN

Bagaikan waktu yang mengejar
Tiap itu pula tiba kesulitan
Hadapi cobaan dengan gusar
Bermunculan pula berbagai hambatan

Segalanya dapat teratasi
hanya berpedoman pada satu kunci
Disiplin hati disiplin diri
Tak lupa panjatkan doa pada Ilahi

Sadarlah kau para pemuda
Dalam dirimu malas sedang bertahta
kuasai hatimu, tanamkan niat
Disiplin tinggi penuh semangat

Sadarlah kau kawula muda
Jangan kotori hidup yang sementara
Rubah segala kebiasaan
Angkat dalam dirimu derajat kedisiplinan

Kejujuran

Jujur....
Sebuah kata yang mahal
Sebuah kata yang hampir punah
Sebuah kata yang lama tak terdengar

Jujur...
Alangkah sulit menemukan orang jujur
Sesulit cari permata di tengah samudra
Oh sulitnya....

Wahai pelajar harapan bangsa
Tanamkan kejujuran dalam hatimu
Walau itu sulit ditempuh
Agar bangsa ini tak 'kan hancur